Gadis Musim Gugur II
Di sebuah toko kue, tanpa sengaja Gadis menemui seseorang yang sepertinya dia kenal sejak dulu. Setelah lama memperhatikan lelaki itu dari jauh, akhirnya Gadis berani mendekati lelaki itu.
”Kalau tidak salah, kamu bisa berbicara bahasa Indonesia, benar?” kata Gadis.
“Ya, saya bisa. Ada yang saya bisa bantu?”, kata lelaki itu.
“Aku seperti kenal kamu, tapi aku lupa siapa kamu ini. Maaf, kalau boleh saya tahu kamu ini siapa?”
“Aku Takeshi, biasa dipanggil Taka. Kamu? Kok bisa tahu saya bisa bahasa Indonesia? Apa kamu memperhatikan saya dari tadi?” katanya panjaang.
Ups, ketahuan. Oh Gadiiisss, jangan salah tingkah. “Maaf jika itu mengganggu Anda. Saya permisi”, katanya sambil membalikkan badannya. Dan tidak sengaja Gadis menabrak seorang perempuan.
“Aww!” katanya sambil membersihkan tumpahan kopi di baju putihnya.
“Maaf, maaf! Saya tidak sengaja,” kata Gadis sambil membersihkan baju putih perempuan itu.
Setelah membersihkannya walau tidak sebersih semula, ya setidaknya noda kopi tidak tebal, Gadis melihat perempuan yang menggunakan topi musim dingin itu, dan ternyata teman janjiannya.
“Nara?? Aku tidak tahu ini kamu. Maafkan aku,” kata Gadis tersenyum serba salah.
Setelah Gadis mengucapkan minta maaf yang sangat banyak menurutnya, Gadis mulai berbicara tentang tujuannya ke Jepang. Dan ternyata Taka yang baru dia kenal itu tunangannya Nara. Beruntung sekali dia, tapi menurut Gadis itu suatu yang wajar. Nara memiliki wajah yang cantik dan Taka memiliki wajah yang diinginkan semua kaum pria. Sedangkan dia, perempuan biasa dengan penampilan yang tidak menawan sama sekali.
Semakin lama, Gadis semakin bosan. Bosan dengan kesendiriannya kini. Hanya dengan berdiam diri sambil melihat dua orang yang baru pertama kali dia temui berpelukan mesra, seakan dunia milik mereka, dan seakan cinta tak pernah pindah pada lain hati. Dahsyatnya cinta.
Setelah Gadis pamit pada mereka berdua, dia pulang menuju apartemen. Gadis bergerak cepat menuju basement sambil melupakan adegan pelukan yang memilukan hati itu. “Untuk apa aku iri? Tanda tak mampu tahuu!” kata Gadis mencoba tegar. Lalu dia menancapkan gas kencang-kencang. Pergi melesat bersama sakit yang ia bawa. Lelaki itu, Taka itu. Pria yang pernah mengisi hatinya. Gadis sadar.
♥♥♥
Aku sadar, ketika pagi menyambutku semua keadaan berubah.
Aku sadar, aku hanya pelengkap hidupmu saja, tidak lebih.
Aku sadar, kemanapun langkahku ini rasa ini terus berjalan.
Aku sadar, semakin hari cinta ini semakin memilukan.
Dan,
Aku sadar, aku di antara kalian.
♥♥♥
Pagi ini, Gadis Kecil berencana pulang ke Indonesia. Menurutnya, untuk apa datang jauh-jauh hanya untuk melihat orang bermesraan. Akhirnya dua minggu yang lalu Gadis mengurus kepulangannya ke Indonesia. Berharap ingatannya rusak dan tidak akan berfungsi lagi tentang apa-apa di Jepang.
Setelah sekian lama Gadis menunggu jadwal terbang, Gadis berencana berdiam diri di kedai kopi.
“Black coffe.”, kata Gadis. Lalu ia duduk di kursi paling pojok yang menunjukan keadaan luar. Terasa dingin. Tapi dari semua anggota badannya yang terasa dingin, hanya hatinyalah yang terasa panas. Baginya, Taka segalanya, tempat dimana perasaan beradu jadi satu. Tapi itu hanyalah kisah dulu yang sudah tertulis “The End” oleh sebuah pulpen hitam yang terlihat merah di hati. Cinta tak tergenggam ditangannya.
Jam menunjukan waktunya Gadis pergi, akhirnya Gadis berangkat menuju Indonesia. Selamat tinggal Jepang. Terima kasih atas kenangan yang mengingatkanku pada dirimu, batin Gadis.
♥♥♥
Setelah berdiam lama bingung melakukan apa di dalam pesawat, Gadis akhirnya sampai di rumah orang tuanya. Dulu, Taka selalu berbagi bahunya untuk Gadis dulu dan seringkali Gadis berharap untuk sekarang. Tiba-tiba suara telepon terdengar.
“Halo?” kata Gadis yang langsung diputuskan sambungan telepon itu dari seberang orang. Membingungkan.
Bagian kedua, tamat.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda