Jumat, 10 September 2010

Gadis's Diary: Satu Bunga untuk Dua Kumbang II

Kejadian itu sudah berlalu satu tahun yang lalu. Kamu tahu bagaimana hubungan aku sekarang? Dia seakan tidak mengenalku. Ketika salah satu temanku mengingatkannya tentang aku, lelaki baru itu hanya mengatakan "Lupakan. Aku tidak suka dia." Apa maksud dia? Selama ini aku memberikan apapun yang dia mau. Ternyata aku hanya mainannya. Ini yang dikatakan aku cinta kamu selamanya? Lelaki bajingan dia.

Tapi aku tahu ini bukan akhir dari kesialanku. Selang beberapa hari, aku merasakan adanya perbedaan dengan lelaki lama itu. Aku tidak tahu apa dan harus bagaimana. Selama ini aku menutup rahasia bahwa aku telah menduakannya. Ingin aku katakan secepatnya, tapi lidahku kelu. Seperti sudah di setting oleh otakku untuk menyembunyikan rahasia ini (selamanya).

Dan hari itu datang. Cinta kami tak bertahan lama. Aku hanya ingin tahu apa yang menjadi alasannya sehingga kita putus seperti ini. Aku ingin katakan tidak mau, tapi kenapa hanya jawaban air mata yang keluar. Kenapa tiba-tiba badanku rasanya di dalam mesin pendingin? Kenapa aku seperti tersihir Magic freeze? Aku butuh penjelasan. Dan sepertinya dia butuh penjelasan juga.

Aku menggenggam erat-erat telepon seluler ini. Seakan takut aku kehilangan benda ini. Satu-satunya benda yang hanya bisa tecipta komunikasi antara aku dan dia. Kutekan nomor teleponnya yang sudah kuingat jelas. Setelah hubungan telepon terkoneksi, tiba-tiba dadaku bagai diserang seribu serdadu. Sakit mendengar suara dia. Apa dia merasakan apa yang aku rasakan? Menangis sepanjang hari dan berharap dia tarik apa yang dia katakan tempo hari lalu.

"Ada apa?" katanya.
Aku hanya bisa diam. Kata-kata yang sudah kupersiapkan sebelum menelepon hilang seketika. Kemana larinya kata yang aku susun daritadi?
"Ada apa?" tanyanya lagi.
Aku tidak tega kalau aku harus mengemis kasihnya untuk bersamaku lagi. Akhirnya kuputuskan telepon itu.

BODOH! Aku bodoh! kenapa aku harus mematikan telepon itu? Saraf apa yang menyuruhku seperti itu? Kenapa hanya untuk mengatakan "Aku masih ingin tahu penjelasan" saja susah? Ya Tuhan bantu aku. Ringankan beban ini yang tak kuasa aku tahan. Bantu aku menemukan jalan keluarnya dan melapangkan dada ini dari segala sumpeknya masalah.

-----bersambung 2-----

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda